Jakarta, 25 Oktober 2018
Hari ini (25/10) Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan 7th Meeting of Asian Cancer Center Alliance (ANCCA) di Hotel, Jakarta. Pertemuan ini dilaksanakan setiap 2 tahun dihadiri oleh jejaring kerjasama pusat kanker nasional atau National Cancer Center (NCC) di negara- negara Asia Pasifik.
NCC didirikan pada September 2005 oleh 9 negara Asia Pasifik serta Jepang dan Singapura. Indonesia bergabung di ANCCA pada tahun 2009 saat pertemuan ANCCA ketiga di China.
Pada saat ini terdapat 14 anggota ANCCA yaitu Pusat Kanker Nasional di negara Bangladesh, China, India, Indonesia, Japan, Korea, Malaysia, Mongolia, Nepal, Pakistan, Singapore, Thailand, Turkey dan Vietnam.
RS Kanker Dharmais telah ditunjuk menjadi Pusat Kanker Nasional di Indonesia dan menjadi percontohan bagi Rumah Sakit lainnya di Indonesia dalam hal penanggulangan kanker mulai dari peningkatan promosi, deteksi dini, diagnosis, terapi, rehabilitasi dan paliatif, termasuk pencatatan/registrasi kanker sesuai standar internasional karena RS Kanker Dharmais juga telah ditunjuk sebagai Pusat Data Beban Kanker Nasional.
Berdasarkan laporan Globocan 2018, kanker payudara adalah kanker yang paling umum di Indonesia dengan tingkat kejadian 42,1 per 100.000 penduduk dengan kematian 17 per 100.000 penduduk, diikuti oleh kanker serviks dengan tingkat kejadian 23,4 per 100.000 penduduk dengan kematian 13,9 per 100.000 penduduk. Dari data ini, dapat dilihat bahwa kematian akibat kanker cukup tinggi dibandingkan dengan angka kejadian.
Di Indonesia, kanker adalah masalah kesehatan masyarakat yang utama, bukan hanya karena tingginya prevalensi tetapi juga karena beban biaya yang tinggi .
Berdasarkan data BPJS beban biaya kanker terus meningkat dari tahun ke tahun. Kanker menempati urutan ketiga setelah gagal jantung dan ginjal. Pada tahun 2014 kanker menghabiskan sekitar 1,9 miliar, kemudian meningkat pada tahun 2015 sebesar 2,5 miliar rupiah, pada tahun 2016 meningkat menjadi 2,7 miliar rupiah, dan pada tahun 2017 kanker telah menghabiskan 3,1 miliar rupiah, jelas dr. H.M Subuh, MPPM Staf Ahli Menteri Bidang Kesehatan yang mewakili Menteri Kesehatan pada pertemuan ANCCA.
Hal ini menjadi perhatian utama pertemuan ANCCA dalam meningkatkan kerjasama, terbinanya jejaring dan kesetaraan institusi terutama dalam hal penanggulangan kanker, pelayanan kanker, pendidikan, penelitian dan penyediaan data beban kanker di Asia.
Kanker di Asia mungkin memiliki ciri khas sendiri yang membutuhkan pencegahan, deteksi dini dan terapi secara khusus sehingga perlu adanya suatu pembahasan khusus tentang kanker bagi penduduk Asia.
Pertemuan ANCCA dihadiri 600 peserta dari dalam dan luar negeri dan dijadikan ajang untuk berbagi pengalaman dalam penerapan Cancer Control Program di negara Asia Pasifik dengan program masing-masing serta pertukaran informasi, strategi dalam menyusun bagaimana penanganan kanker di tingkat asia.
“Dengan pertemuan ini, kami punya cita-cita dan mimpi untuk membangun RS Kanker Dharmais ini sebagai pusat kanker nasional di Indonesia yang levelnya sama dengan Pusat RS Kanker nasional Singapura, Malaysaia, Jepang dan Korea. Kami tidak ingin masyarakat Indonesia yang menderita kanker berobatnya keluar negeri, karena itu akan menghabiskan devisa negara mencapai Rp 28 Triliun per tahun yang semakin tahun terus meningkat. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia tidak perlu berobat ke Luar Negeri, berobatlah di Indonesia yang memiliki fasilitas yang level dan kualitasnya sama dengan RS Kanker Nasional atau NCC di Asia.” terang Prof Dr. dr. Abdul Kadir , Ph.D, SpTHT-KL(K), MARS Direktur Utama RS Kankes Dharmais Jakarta.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.(put)
Kepala Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM